Translate This Site

Minggu, 06 Desember 2015

Singo Ulung sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional



Singo ulung, tarian khas Kabupaten Bondowoso tercatat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional dalam kategori upacara tradisional. Penetapan itu dilaksanakan pada 20 Oktober 2015 dengan tujuan agar kebudayaan Indonesia tidak diklaim oleh bangsa lain. Selain itu, penetapan ini dilakukan agar masyarakat daerah memiliki kepedulian terhadap pelestarian kebudayaan nasional.
 

Ritual singo ulung di Desa Blimbing, Kecamatan Klabang, Bondowoso
(foto: Oki)
Pada awalnya, singo ulung adalah sebuah ritual tarian dalam upacara adat ghâdhisa, yang dilaksanakan untuk menghormati pendiri Desa Blimbing, Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso. Kemudian, ritual tarian ini dikemas menjadi seni pertunjukan bernama ronteg singo ulung dan dijadikan ikon Kabupaten Bondowoso. Tarian singo ulung dimainkan oleh dua penari laki-laki. Tarian  singo ulung memiliki gerakan yang hampir sama dengan kesenian barongsai dari China. Atraksi-atraksi yang dilakukan seperti menari, melompat, berdiri dengan satu kaki, saling menaiki, dll.

Hal yang membedakan antara singo ulung dengan barongsai terletak pada musik yang mengiringinya. Alat musik barongsai meliputi tambur, gong (tanpa bulatan kecil), dan tiga buah simbal yang ditabuh keras, sedangkan alat musik singo ulung terdiri dari gendang, jedor, gong, saron, dan sronen. Gendang adalah alat musik pukul berupa kayu bulat panjang berongga yang salah satu lubangnya atau kedua-duanya diberi kulit hewan. Jedor adalah alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan kulit hewan berbentuk bulatan dan terdapat ruang gema atau tesonator dengan bagian berlubang di belakangnya. Gong adalah alat musik pukul yang terbuat dari leburan logam (perunggu dan tembaga) dengan permukaan yang bundar dan memiliki benjol di tengahnya. Saron adalah alat musik gamelan berupa pilah-pilah logam yang diletakkan di atas wadah kayu berongga. Sronen atau saronen adalah alat musik dari Madura yang berbentuk seperti terompet.

Kostum tarian singo ulung berwarna putih yang dibuat dari bahan dasar kayu dan tali rafia. Bentuk kostum ini mirip singa putih yang menandakan kekuatan dari Juk Seng, pendiri Desa Blimbing. Warga Blimbing percaya bahwa Juk Seng merupakan prajurit sakti yang dapat menaklukan hewan buas, terutama singa. Oleh karena itu, untuk memberikan penghormatan terhadap Juk Seng, warga melakukan ritual singo ulung dalam bentuk tarian.
 
Ronteg singo ulung
(foto: https://gemabuana.wordpress.com/2013/07/15/ronteg-singo-ulung/)

Selanjutnya, sebagai bentuk pengembangan ritual menjadi bentuk pertunjukan seni, tarian singo ulung mendapat unsur tambahan dalam pertujukannya, yakni lingkaran api. Dalam pertunjukan ronteg singo ulung, dua penari yang menggunakan kostum singa putih menari dan melakukan adegan melompat ke dalam lingkaran api. Adegan inilah yang membedakan antara ritual tarian singo ulung dengan pertunjukan seni ronteg singo ulung.

(teks: Oki)


POJOK BAHASA: Teks Tanggapan Deskriptif
  • Teks tanggapan deskriptif adalah tulisan yang meggambarkan tanggapan penulis mengenai suatu hal.
  • Struktur teks tanggapan deskriptif: identifikasi, klasifikasi, dan deskripsi bagian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar