Singo ulung, tarian
khas Kabupaten Bondowoso tercatat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional dalam kategori
upacara tradisional. Penetapan itu dilaksanakan pada 20 Oktober 2015 dengan
tujuan agar kebudayaan Indonesia tidak diklaim oleh bangsa lain. Selain itu, penetapan
ini dilakukan agar masyarakat daerah memiliki kepedulian terhadap pelestarian
kebudayaan nasional.
Ritual singo ulung di Desa Blimbing, Kecamatan Klabang, Bondowoso
(foto: Oki)
(foto: Oki)
Pada awalnya, singo
ulung adalah sebuah ritual tarian dalam upacara adat ghâdhisa,
yang dilaksanakan untuk menghormati pendiri Desa Blimbing, Kecamatan Klabang
Kabupaten Bondowoso. Kemudian, ritual tarian ini dikemas menjadi seni
pertunjukan bernama ronteg singo ulung dan dijadikan ikon Kabupaten Bondowoso. Tarian
singo ulung dimainkan oleh dua penari laki-laki. Tarian singo ulung memiliki gerakan yang hampir sama
dengan kesenian barongsai dari China. Atraksi-atraksi yang dilakukan seperti
menari, melompat, berdiri dengan satu kaki, saling menaiki, dll.
Hal yang membedakan
antara singo ulung dengan barongsai terletak pada musik yang mengiringinya. Alat musik barongsai meliputi tambur, gong (tanpa bulatan kecil), dan
tiga buah simbal yang ditabuh keras, sedangkan alat musik singo ulung terdiri
dari gendang, jedor, gong, saron, dan
sronen. Gendang adalah alat musik
pukul berupa kayu bulat panjang berongga yang salah satu lubangnya atau
kedua-duanya diberi kulit hewan. Jedor adalah
alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan kulit hewan berbentuk bulatan dan
terdapat ruang gema atau tesonator dengan bagian berlubang di belakangnya. Gong
adalah alat musik pukul yang terbuat dari leburan logam (perunggu dan tembaga)
dengan permukaan yang bundar dan memiliki benjol di tengahnya. Saron adalah alat
musik gamelan berupa pilah-pilah logam yang diletakkan di atas wadah kayu
berongga. Sronen atau saronen adalah alat musik dari Madura
yang berbentuk seperti terompet.
Kostum tarian singo
ulung berwarna putih yang dibuat dari bahan dasar kayu dan tali rafia. Bentuk
kostum ini mirip singa putih yang menandakan kekuatan dari Juk Seng, pendiri
Desa Blimbing. Warga Blimbing percaya bahwa Juk Seng merupakan prajurit sakti
yang dapat menaklukan hewan buas, terutama singa. Oleh karena itu, untuk memberikan
penghormatan terhadap Juk Seng, warga melakukan ritual singo ulung dalam bentuk
tarian.
Ronteg singo ulung
(foto: https://gemabuana.wordpress.com/2013/07/15/ronteg-singo-ulung/)
Selanjutnya, sebagai
bentuk pengembangan ritual menjadi bentuk pertunjukan seni, tarian singo ulung mendapat
unsur tambahan dalam pertujukannya, yakni lingkaran api. Dalam pertunjukan ronteg
singo ulung, dua penari yang menggunakan kostum singa putih menari dan
melakukan adegan melompat ke dalam lingkaran api. Adegan inilah yang membedakan
antara ritual tarian singo ulung dengan pertunjukan seni ronteg singo ulung.
(teks: Oki)
POJOK BAHASA: Teks Tanggapan Deskriptif
- Teks tanggapan deskriptif adalah tulisan yang meggambarkan tanggapan penulis mengenai suatu hal.
- Struktur teks tanggapan deskriptif: identifikasi, klasifikasi, dan deskripsi bagian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar