Translate This Site

Sabtu, 09 Maret 2013

Mbah Tohir dalam Aplikasi Penggaru Teater Tiang ke-19



Berawal dari pertemuannya dengan Ferick Sahid Persi selaku ketua umum Teater Tiang di acara workshop yang diadakan di Solo, Mbah Tohir merasa tertarik untuk ikut tampil dalam memeriahkan acara Aplikasi Penggaru Terater Tiang yang ke-19.

Mbah Tohir
(foto: Oki)

Sudah menjadi acara rutin bagi Teater Tiang dalam meyelenggarakan aplikasi bagi para anggota baru. Acara aplikasi seperti ini biasa diselenggarakan setelah anggota baru Teater Tiang mengikuti Diklat selama 6 hari. Dalam aplikasi kali ini, yang di selenggarakan pada tanggal 1-3 Maret 2013 yang bertempat di PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa) para anggota baru Teater Tiang  tidak hanya menampilkan naskah “Roro Jonggrang” hasil garapan sendiri, melainkan turut menampilkan naskah “Jupri Juragan Kampung Sebelah” yang dimainkan oleh anggota tetap Teater Tiang, dan naskah monolog garingan dengan judul “Jokasmo” yang diperankan oleh Mbah Tohir, aktor srimulat asal Surabaya. Walaupun telah berusia 67 tahun, semangat Mbah Tohir dalam dunia teater tidaklah luntur. Hal ini terbukti dari penampilannya di atas panggung, yang membuat 70 orang penonton yang hadir merasa sangat terhibur. Sebelum menamilkan naskah “Jokasmo” di acara Aplikasi Penggaru Teater Tiang ini, Mbah Tohir sebelumnya telah menampilkan naskah yang sama di Taman Budaya Tegal pada tanggal 23 Februari 2013.

 “Jokasmo” disuguhkan pada hari terakhir aplikasi penggaru, yakni pada tanggal 3 Maret 2013, pukul 19.00. Naskah “Jokasmo” sendiri belum berbentuk naskah secara tertulis, namun masih ada di dalam konsep pikiran Mbah Tohir, dan masih beliau proses terus-menerus sambil lalu beliau mainkan di atas panggung. Dan yang lebih hebatnya lagi, naskah “Jokasmo” ini telah beliau mainkan sebanyak 25 kali pementasan, termasuk yang di acara Aplikasi Penggaru Teater Tiang kali ini. Pementasan “Jokasmo” berikutnya akan Mbah Tohir tampilkan pada acara teater di kota Jepara pada tanggal 08 Maret 2013 dan di acara Teater Sirat Solo pada tanggal 11 Maret 2013. 

Sebelum Mbah Tohir memainkan peran Jokasmo dalam monolognya, beliau terlebih dahulu melontarkan nasehat-hasehat hidup kepada penonton khususnya para mahasiswa yang hadir. Beliau juga mendendangkan pantun-pantun jenaka yang membuat para penonton tertawa terbahak-bahak. Penonton juga dibuat terkejut pada saat kemunculan pertama kali Mbah Tohir, beliau tidak muncul langsung dari dalam wings (pintu masuk panggung yang terbuat dari kain), akan tetapi muncul dari belakang penonton dengan meneriakkan “pejamknlah matamu, dan bukalah...” 

Naskah “Jokasmo” sendiri menceritakan seorang laki-laki yang bernama Jokasmo yang tumbuh sebagai aktor teater, tapi jatuh miskin dan kalah oleh para aktor komersial yang bergentayangan di televisi. Tetapi Jokasmo sangat bangga menjadi aktor teater dalam hidupnya meskipun jalan hidupnya berliku, bahkan dia harus merelakan kekasihnya yang bernama Lembayung demi dunia teater. 

Naskah garapan Mbah Tohir ini berbentuk naskah monolog, yakni naskah yang diperankan oleh satu aktor saja serta berbentuk monolog garingan, yakni pertunjukan monolog tanpa diiringi ilustrasi musik, tetapi hanya dibantu menggunakan permainan lampu saja. Untuk mendudkung cerita dalam naskah ini, Mbah Tohir harus memerankan beberapa tokoh yag hadir di dalam naskah seperti tokoh kakek, nenek, tante-tante, juragan pengusaha, sopir, pelayan restoran dan lain-lain. 

“Dalam hidup berteater janganlah berharap menjadi terkenal, tetapi menjadi dikenal”, itulah nasihat yang diberikan Mbah Tohir. Kemudian beliau melanjutkan, “karena dengan dikenal, karya-karya kita yang telah kita hasilkan tidak akan pernah dilupkan selamanya, tetapi kalau kita hanya terkenal tanpa dikenal, ya habis, setelah kita mati kita sudah tidak jadi apa-apa, tidak ada orang lain yang mau mengenal kita lagi”, ungkapnya. 

Menjadi aktor srimulat seperti Mbah Tohir tidaklah mudah, tentu butuh proses dan latihan yang tidak sebentar. “Saya berlatih teater itu setiap hari dan saya menganggap hidup adalah teater itu sendiri. Waktu makan kita itu berteater, mandi kita melakukan teater, tidurpun kita berteater, dengan demikian saya dapat dengan mudah memainkan setiap peran di panggung teater”. Untuk menjadi aktor yang rendah hatipun Mbah Tohir mumpunyai prinsip sendiri, “jangan pernah merasa bisa menjadi aktor, tapi harus bisa merasakan jadi aktor”, begitulah ungkapan beliau. 

TRIVIA : 
  • Lahir di Surabaya, 29 September 1946 
  • Mengenyam pendidikan SD, SMP, dan SMA di Surabaya 
  • Sudah menyukai teater sejak kecil dan telah mengikuti teater sejak SMP
  • Bergabung dengan srimulat Surabaya sejak tahun 1966
  • Pernah kuliah di jurusan hukum di Universitas Airlangga, tetapi tidak sampai lulus, hanya sampai pada semester 2

(teks: Oki)


POJOK BAHASA: Teks Berita
  • Teks berita adalah tulisan yang berisi informasi mengenai kejadian atau peristiwa penting.
  • Struktur teks berita: teras berita, tubuh berita, dan penutup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar