Berawal dari pertemuannya dengan Ferick Sahid Persi
selaku ketua umum Teater Tiang di acara workshop yang diadakan di Solo, Mbah
Tohir merasa tertarik untuk ikut tampil dalam memeriahkan acara Aplikasi Penggaru
Terater Tiang yang ke-19.
Mbah Tohir
(foto: Oki)
“Jokasmo”
disuguhkan pada hari terakhir aplikasi penggaru, yakni pada tanggal 3 Maret
2013, pukul 19.00. Naskah “Jokasmo” sendiri belum berbentuk naskah secara
tertulis, namun masih ada di dalam konsep pikiran Mbah Tohir, dan masih beliau
proses terus-menerus sambil lalu beliau mainkan di atas panggung. Dan yang
lebih hebatnya lagi, naskah “Jokasmo” ini telah beliau mainkan sebanyak 25 kali
pementasan, termasuk yang di acara Aplikasi Penggaru Teater Tiang kali ini.
Pementasan “Jokasmo” berikutnya akan Mbah Tohir tampilkan pada acara teater di
kota Jepara pada tanggal 08 Maret 2013 dan di acara Teater Sirat Solo pada
tanggal 11 Maret 2013.
Sebelum
Mbah Tohir memainkan peran Jokasmo dalam monolognya, beliau terlebih dahulu
melontarkan nasehat-hasehat hidup kepada penonton khususnya para mahasiswa yang
hadir. Beliau juga mendendangkan pantun-pantun jenaka yang membuat para
penonton tertawa terbahak-bahak. Penonton juga dibuat terkejut pada saat
kemunculan pertama kali Mbah Tohir, beliau tidak muncul langsung dari dalam
wings (pintu masuk panggung yang terbuat dari kain), akan tetapi muncul dari
belakang penonton dengan meneriakkan “pejamknlah matamu, dan bukalah...”
Naskah
“Jokasmo” sendiri menceritakan seorang laki-laki yang bernama Jokasmo yang
tumbuh sebagai aktor teater, tapi jatuh miskin dan kalah oleh para aktor
komersial yang bergentayangan di televisi. Tetapi Jokasmo sangat bangga menjadi
aktor teater dalam hidupnya meskipun jalan hidupnya berliku, bahkan dia harus
merelakan kekasihnya yang bernama Lembayung demi dunia teater.
Naskah
garapan Mbah Tohir ini berbentuk naskah monolog, yakni naskah yang diperankan
oleh satu aktor saja serta berbentuk monolog garingan, yakni pertunjukan
monolog tanpa diiringi ilustrasi musik, tetapi hanya dibantu menggunakan
permainan lampu saja. Untuk mendudkung cerita dalam naskah ini, Mbah Tohir
harus memerankan beberapa tokoh yag hadir di dalam naskah seperti tokoh kakek,
nenek, tante-tante, juragan pengusaha, sopir, pelayan restoran dan lain-lain.
“Dalam
hidup berteater janganlah berharap menjadi terkenal, tetapi menjadi dikenal”,
itulah nasihat yang diberikan Mbah Tohir. Kemudian beliau melanjutkan, “karena
dengan dikenal, karya-karya kita yang telah kita hasilkan tidak akan pernah
dilupkan selamanya, tetapi kalau kita hanya terkenal tanpa dikenal, ya habis,
setelah kita mati kita sudah tidak jadi apa-apa, tidak ada orang lain yang mau
mengenal kita lagi”, ungkapnya.
Menjadi
aktor srimulat seperti Mbah Tohir tidaklah mudah, tentu butuh proses dan
latihan yang tidak sebentar. “Saya berlatih teater itu setiap hari dan saya
menganggap hidup adalah teater itu sendiri. Waktu makan kita itu berteater,
mandi kita melakukan teater, tidurpun kita berteater, dengan demikian saya
dapat dengan mudah memainkan setiap peran di panggung teater”. Untuk menjadi
aktor yang rendah hatipun Mbah Tohir mumpunyai prinsip sendiri, “jangan pernah
merasa bisa menjadi aktor, tapi harus bisa merasakan jadi aktor”, begitulah
ungkapan beliau.
TRIVIA :
- Lahir di Surabaya, 29 September 1946
- Mengenyam pendidikan SD, SMP, dan SMA di Surabaya
- Sudah menyukai teater sejak kecil dan telah mengikuti teater sejak SMP
- Bergabung dengan srimulat Surabaya sejak tahun 1966
- Pernah kuliah di jurusan hukum di Universitas Airlangga, tetapi tidak sampai lulus, hanya sampai pada semester 2
(teks: Oki)
POJOK BAHASA: Teks Berita
- Teks berita adalah tulisan yang berisi informasi mengenai kejadian atau peristiwa penting.
- Struktur teks berita: teras berita, tubuh berita, dan penutup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar