1. Batu Kenong
Batu kenong merupakan batu yang berbentuk
seperti tabung/silinder dengan tonjolan di puncaknya. Batu ini diyakini sebagai
pondasi bangunan pada zaman Blambangan kuno. Pada zaman itu, masyarakat
setempat melubangi kayu yang akan dijadikan penyanggah bangunan. Lubang pada
kayu itu kemudian diletakkan di atas tonjolan pada batu kenong.
Selain sebagai pondasi bangunan, mayarakat
setempat meyakini bahwa bato kenong juga digunakan sebagai penanda batas
wilayah dan juga dianggap sebagai lambang kesuburan bagi wanita. Karena dilihat
dari bentuknya, batu kenong mirip dengan payudara wanita.
2. Dolmen
Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan
sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Dolmen yang terdapat di situs Pekauman diyakini oleh
masyarakat setempat digunakan sebagai tempat peletakan sesaji untuk Dewa Siwa
dan Dewi Durga.
3. Sarkofagus
Sarkofagus adalah suatu tempat untuk menyimpan jenazah. Sarkofagus umumnya dibuat dari batu. Kata
"sarkofaus" berasal dari bahasa
Yunani σάρξ
(sarx, "daging") dan φαγεῖνειν (phagein,"memakan"),
dengan demikian sarkofagus bermakna "memakan daging".
Sarkofagus sering disimpan di atas tanah oleh
karena itu sarkofagus seringkali diukir, dihias dan dibuat dengan teliti.
Beberapa dibuat untuk dapat berdiri sendiri, sebagai bagian dari sebuah makam atau beberapa makam, sementara beberapa yang
lain dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah tanah.
Batu sarkofagus yang ada di Situs Pekauman
terdiri dari dua bagian yang masing-masing berbentuk memanjang. Batu di bagian bawah berfungsi sebagai alas
mayat, sedangkan batu di atas berfungsi sebagai penutup mayat.
Di Situs Pekauman, hanya terdapat sedikit
batu sarkofagus. Jumlahnya hanya tiga buah. Jika dilihat dari jumlahnya,
menunjukkan bahwa sarkofagus hanya digunakan untuk mengubur kalangan bangsawan
pada waktu itu.
4. Arca Menhir
Arca Menhir merupakan patung batu yang
dipahat menyerupai bentuk orang atau binatang. Patung batu ini merupakan tanda
peringatan dan lambang arwah nenek moyang. Terdapat dua arca menhir di situs
Pekauman, yaitu Batu Nyai (Nenek) dan Batu Jei (Kakek). Tahun penemuan Batu
Nyai tidak dapat diidentifikasi, karena batu ini berumur sangat tua. Saat ini
bentuk dari Batu Nyai sudah rusak, karena faktor alam seperti hujan dan angin.
Oleh karena itu, pada tahun 1985 Museum Trowulan Mojokerto membangun pondasi
untuk melindungi Batu Nyai dari kerusakan.
Sedangkan Batu Jei (kakek) yang tingginya
sekitar 2 meter ditemukan pada tahu 2011 oleh Bapak Amsari, yang merupakan juru
pelihara di Situs Pekauman. Batu tersebut ditemukan pada hari minggu malam.
Pada saat itu rektor dari bali datang untuk membeli Batu Jei dengan harga
berkisar 1 Miliar. Namun masyarakat sekitar tidak setuju untuk menjual batu
ini, karena Batu Jei merupakan situs bersejarah kota Bondowoso. Akhirnya, penemu
batu tersebut yakni Bapak Amsari mengirim dan menitipkan Batu Jei ke Museum
Empu Tantular di Sidoarjo untuk dirawat. Karena kota Bondowoso pada saat ini
belum mempunyai museum cagar budaya.
5. Dakon
Dakon merupakan batu yang berbentuk kursi
tahta. Batu tersebut diyakini sebagai kursi raja pada zaman kerajaan di
Bondowoso kuno. Batu tersebut sekarang terdapat di pabrik kertas Bondowoso.
6. Lumpang
Lumpang merupakan batu neolitikum yang fungsinya
mirip dengan batu kenong. Yaitu sebagai pondasi bangunan. Perbedaannya, batu
lumpang tidak memiliki tonjolan pada bagian atasnya. Namun pada batu ini
terdapat lubang yang digunakan untuk menyanggah kayu untuk bangunan.
7. Kubur Batu
Kubur batu memiliki fungsi yang sama seperti
sarkofagus, yaitu sebagai tempat peletakan mayat. Pebedaannya, jika sarkofagus
diletakkan di permukaan tanah, kubur batu diletakkan di bawah tanah. Di situs
pekauman, kubur batu sulit untuk didokumentasikan, karena letaknya di bawah
tanah.
(teks:
Oki)
POJOK
BAHASA: Teks Laporan Hasil Observasi
- Teks laporan hasil observasi adalah tulisan yang memaparkan hasil penelitian.
- Struktur teks laporan hasil observasi: pernyataan umum, deskripsi bagian, dan deskripsi manfaat.