Translate This Site

Minggu, 26 Februari 2017

Kawah dengan Seribu Ilalang


(foto: Oki)

Kawah ilalang adalah destinasi wisata alam yang berada di Dusun Curah Macan, Desa Kalianyar, Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso. Kawah ini dipenuhi oleh ilalang dengan nama ilmiah Imperata cylindrica dalam anak suku Panicoideae. Untuk sampai ke tempat ini, dibutuhkan perjalanan selama kurang lebih dua jam dari Kota Bondowoso atau berjarak tempuh sekitar 72 km.
Perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan mobil atau motor dari Kota Bondowoso ke Desa Curahmacan. Pengendara mobil dapat memarkir kendaraan di rumah warga, kemudian melanjutkan berjalan kaki memasuki hutan pinus (lokasi hutan pinus berada sebelum perumahan warga, terletak di kiri jalan), melewati kebun, dan mendaki bukit. Beda halnya dengan pengendara mobil, pengendara motor bisa langsung memarkirkan motornya di perkebunan warga, kemudian melanjutkan mendaki bukit dengan berjalan kaki. Namun, agar lebih aman, motor tersebut dapat diparkir di rumah warga, kemudian melanjutkan tahap perjalanan selanjutnya seperti pengedara mobil.

Minggu, 08 Januari 2017

Mengapa Harus Ada Ojhung?



 Ojhung
 (foto: Oki)

Ritual Ojhung yang merupakan salah satu tahap dalam upacara adat Ghâdhisa di Desa Blimbing, Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso, memiliki cerita asal-usul yang juga erat kaitannya dengan pembangunan Desa Blimbing. Ojhung yang dilakukan di nangghâr, dilakukan warga untuk menghormati jasa Juk Seng dalam memakmurkan masyarakat Blimbing. Ritual tersebut selalu dilaksanakan setiap tahun meskipun dianggap memiliki unsur kekerasan bagi sebagian orang. Cerita asal-usul ritual Ojhung erat kaitannya dengan pelaksanaan upacara adat Ghâdhisa. Upacara adat yang dilaksanakan setiap tanggal 14 dan 15 Sya’ban ini bertujuan untuk mengenang dan menghormati jasa Juk Seng yang telah membangun Desa Blimbing.
Cerita mengenai kesaktian dan perjuangan Juk Seng dalam membangun desa Blimbing menjadi dasar dalam pelaksanaan upacara adat Ghâdhisa. Tahap-tahap dalam upacara adat Ghâdhisa merupakan proyeksi dari setiap bagian cerita perjuangan Juk Seng. Masyarakat Blimbing yang sangat menghormati Juk Seng, menjadikan upacara adat Ghâdhisa sangat sakral dan wajib dilakukan tiap tahun. Sebagai bentuk penghormatan dan pengingat jasa-jasa Juk Seng, diadakan beberapa bentuk ritual dan kesenian yang sangat erat kaitannya dengan perjuangan Juk Seng, salah satunya ialah Ojhung.

Sabtu, 25 Juni 2016

Langkah-langkah dalam Permainan Ojhung



Acara hiburan yang biasanya ditunggu-tunggu oleh masyarakat pada saat ghâdhisa (upacara bersih desa di Bondowoso) ialah permainan ojhung. Dalam permainan tradisional ini, semua masyarakat Bondowoso dapat berpartisipasi dan ikut serta dalam permainan. Namun, permainan ini tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Ada beberapa peraturan yang harus ditaati peserta sebelum, pada saat, dan sesudah melakukan permainan ini. Berikut penjelasan mengenai unsur, peraturan, dan langkah-langkah dalam permainan ojhung.
Permainan ojhung di Desa Blimbing, Kecamatan Klabang, Bondowoso
(foto: David)

Minggu, 06 Desember 2015

Singo Ulung sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional



Singo ulung, tarian khas Kabupaten Bondowoso tercatat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional dalam kategori upacara tradisional. Penetapan itu dilaksanakan pada 20 Oktober 2015 dengan tujuan agar kebudayaan Indonesia tidak diklaim oleh bangsa lain. Selain itu, penetapan ini dilakukan agar masyarakat daerah memiliki kepedulian terhadap pelestarian kebudayaan nasional.
 

Ritual singo ulung di Desa Blimbing, Kecamatan Klabang, Bondowoso
(foto: Oki)
Pada awalnya, singo ulung adalah sebuah ritual tarian dalam upacara adat ghâdhisa, yang dilaksanakan untuk menghormati pendiri Desa Blimbing, Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso. Kemudian, ritual tarian ini dikemas menjadi seni pertunjukan bernama ronteg singo ulung dan dijadikan ikon Kabupaten Bondowoso. Tarian singo ulung dimainkan oleh dua penari laki-laki. Tarian  singo ulung memiliki gerakan yang hampir sama dengan kesenian barongsai dari China. Atraksi-atraksi yang dilakukan seperti menari, melompat, berdiri dengan satu kaki, saling menaiki, dll.

Kamis, 04 Juni 2015

Perjuangan Juk Seng, Pendiri Desa Blimbing, Tercermin dalam Tahap-tahap Upacara Adat Ghâdhisa


Bersih desa merupakan slametan atau upacara adat yang berasal dari kebudayaan Jawa dengan memberikan sesajen atau sajen kepada roh penjaga desa atau seorang tokoh yang telah membabat desa. Sajen yang diberikan berasal dari kewajiban setiap keluarga, berupa makanan, minuman, bunga-bungaan, dsb. Pada umumnya, bersih desa dilakukan oleh masyarakat untuk meminta keselamatan dan kemakmuran. Upacara bersih desa biasanya diadakan di tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat atau suci, misalnya makam atau masjid.
 
Ritual olbhâk 
(foto: Oki)

Ghâdhisa sebagai bentuk upacara bersih desa di Desa Blimbing, Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso, dilaksanakan pada tanggal 14 dan 15 Syakban. Ghâdhisa di Desa Blimbing dilaksanakan dengan tujuan meminta keselamatan dan untuk mengenang jasa Juk Seng, selaku lelulur yang telah berjasa membangun desa. Bulan Syakban dalam upacara adat ghâdhisa bertepatan dengan bulan Ruwah dalam kalender Jawa. Kata ruwah konon berasal dari kata arwah atau roh para leluhur. Dari kata arwah inilah, bulan Ruwah diasosiasikan atau diindentikkan sebagai bulan untuk mengenang para leluhur.

Kamis, 25 Desember 2014

Situs Prasejarah Pekauman Bondowoso

      Situs pekauman terletak di Kecamatan Grujugan, Kabupaten Bondowoso. Benda-benda cagar budaya Situs Pekauman tersebar di empat desa, yaitu di desa Pekauman, Wanisodo, Taman, dan Tegal Mijin. Di empat desa tersebut terdapat 462 benda cagar budaya. Benda-benda cagar budaya tersebut merupakan batu neolitikum yang umurnya diyakini tertua di Pulau Jawa. Di desa Pekauman terdapat tujuh jenis benda cagar budaya/batu neolitikum, diantaranya:


1.  Batu Kenong


     Batu kenong merupakan batu yang berbentuk seperti tabung/silinder dengan tonjolan di puncaknya. Batu ini diyakini sebagai pondasi bangunan pada zaman Blambangan kuno. Pada zaman itu, masyarakat setempat melubangi kayu yang akan dijadikan penyanggah bangunan. Lubang pada kayu itu kemudian diletakkan di atas tonjolan pada batu kenong.
      Selain sebagai pondasi bangunan, mayarakat setempat meyakini bahwa bato kenong juga digunakan sebagai penanda batas wilayah dan juga dianggap sebagai lambang kesuburan bagi wanita. Karena dilihat dari bentuknya, batu kenong mirip dengan payudara wanita.
 
2.  Dolmen




     Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Dolmen yang terdapat di situs Pekauman diyakini oleh masyarakat setempat digunakan sebagai tempat peletakan sesaji untuk Dewa Siwa dan Dewi Durga.


3.  Sarkofagus



     Sarkofagus adalah suatu tempat untuk menyimpan jenazah. Sarkofagus umumnya dibuat dari batu. Kata "sarkofaus" berasal dari bahasa Yunani σάρξ (sarx, "daging") dan φαγεῖνειν (phagein,"memakan"), dengan demikian sarkofagus bermakna "memakan daging".
     Sarkofagus sering disimpan di atas tanah oleh karena itu sarkofagus seringkali diukir, dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa dibuat untuk dapat berdiri sendiri, sebagai bagian dari sebuah makam atau beberapa makam, sementara beberapa yang lain dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah tanah.
     Batu sarkofagus yang ada di Situs Pekauman terdiri dari dua bagian yang masing-masing berbentuk memanjang.  Batu di bagian bawah berfungsi sebagai alas mayat, sedangkan batu di atas berfungsi sebagai penutup mayat.
     Di Situs Pekauman, hanya terdapat sedikit batu sarkofagus. Jumlahnya hanya tiga buah. Jika dilihat dari jumlahnya, menunjukkan bahwa sarkofagus hanya digunakan untuk mengubur kalangan bangsawan pada waktu itu.

4.  Arca Menhir



     Arca Menhir merupakan patung batu yang dipahat menyerupai bentuk orang atau binatang. Patung batu ini merupakan tanda peringatan dan lambang arwah nenek moyang. Terdapat dua arca menhir di situs Pekauman, yaitu Batu Nyai (Nenek) dan Batu Jei (Kakek). Tahun penemuan Batu Nyai tidak dapat diidentifikasi, karena batu ini berumur sangat tua. Saat ini bentuk dari Batu Nyai sudah rusak, karena faktor alam seperti hujan dan angin. Oleh karena itu, pada tahun 1985 Museum Trowulan Mojokerto membangun pondasi untuk melindungi Batu Nyai dari kerusakan.
     Sedangkan Batu Jei (kakek) yang tingginya sekitar 2 meter ditemukan pada tahu 2011 oleh Bapak Amsari, yang merupakan juru pelihara di Situs Pekauman. Batu tersebut ditemukan pada hari minggu malam. Pada saat itu rektor dari bali datang untuk membeli Batu Jei dengan harga berkisar 1 Miliar. Namun masyarakat sekitar tidak setuju untuk menjual batu ini, karena Batu Jei merupakan situs bersejarah kota Bondowoso. Akhirnya, penemu batu tersebut yakni Bapak Amsari mengirim dan menitipkan Batu Jei ke Museum Empu Tantular di Sidoarjo untuk dirawat. Karena kota Bondowoso pada saat ini belum mempunyai museum cagar budaya.

5.  Dakon
     Dakon merupakan batu yang berbentuk kursi tahta. Batu tersebut diyakini sebagai kursi raja pada zaman kerajaan di Bondowoso kuno. Batu tersebut sekarang terdapat di pabrik kertas Bondowoso.

6.  Lumpang
    Lumpang merupakan batu neolitikum yang fungsinya mirip dengan batu kenong. Yaitu sebagai pondasi bangunan. Perbedaannya, batu lumpang tidak memiliki tonjolan pada bagian atasnya. Namun pada batu ini terdapat lubang yang digunakan untuk menyanggah kayu untuk bangunan.

7.  Kubur Batu
 




     Kubur batu memiliki fungsi yang sama seperti sarkofagus, yaitu sebagai tempat peletakan mayat. Pebedaannya, jika sarkofagus diletakkan di permukaan tanah, kubur batu diletakkan di bawah tanah. Di situs pekauman, kubur batu sulit untuk didokumentasikan, karena letaknya di bawah tanah. 
 
(teks: Oki)


POJOK BAHASA: Teks Laporan Hasil Observasi
  • Teks laporan hasil observasi adalah tulisan yang memaparkan hasil penelitian.
  • Struktur teks laporan hasil observasi: pernyataan umum, deskripsi bagian, dan deskripsi manfaat.